Selasa, 06 November 2018

Napak Tilas Perjuangan Raden Mas Said


Karanganyar - Untuk mengenang perjuangan Raden Mas Said yang lebih dikenal dengan sebutan "Pangeran Samber Nyawa". Pemerintah Kabupaten Karanganyar bersama dengan Kodim 0727/Karanganyar, Polres Karanganyar, Siswa-siswi Pelajar dan Ormas-ormas di Karanganyar, melaksanakan Napak Tilas. Napak tilas dimulai start dari SDN II Kebak, Jumantono dan finish di Mangadeg, Matesih, Karanganyar. Minggu (04/11)

Disaat apel pemberangkatan Napak tilas, diceritakanya sejarah singkat perjuangan Raden Mas Said oleh Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Kabupaten Karanganyar Iskandar.
Sejarah singkat tersebut adalah Raden Mas Said atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Samber Nyowo, adalah pejuang kemerdekaan Indonesia. Raden Mas Said lahir pada hari Ahad Legi, 4 Ruwah tahun Jumakir 1650 tahun Jawa atau 25 April 1725. Raden Mas Said adalah putra Pangeran Arya Mangkunagara, cucu Kanjeng Sinuhun Susuhunan Pakubuwono l.

Raden Mas Said berjuang melawan Belanda dari tahun 1741 sampai 1757. Dalam perjuangannya, Raden Mas Said banyak membangun markas perjuangan didaerah Karanganyar. Daerah Karanganyar adalah salah satu peninggalan sejarah dari berbagai tempat peninggalan sejarah perjuangan Raden Mas Said. Nama Karanganyar adalah pemberian Raden Mas Said terhadap suatu wilayah yang pernah menjadi markas perjuangannya. 

Wilayah yang pernah menjadi markas perjuangan Raden Mas Said antara lain adalah Mojoroto Mojogedang, Karanganyar, Segawe Karangsari Jatiyoso, Tlobo Jaatiyoso, Hanggabayan Jumapolo, Druju Wukirsawit Jatiyoso, Sumokaton Matesih, Gunung Mangadeg Matesih, Kerjo, Karangpandan, Gemantar Jumantono.

Di daerah gemantar, Raden Mas Said cukup lama, bahkan di Gemantar Raden Mas Said pernah terluka sampai berdarah terkena kerisnya sendiri sewaktu bertempur melawan Kapten Scheder pemimpin pasukan Belanda. Kapten Scheder akhirnya melarikan diri dan Raden Mas Said tidak bisa mengejar karena kudanya terperosok. Pada saat itulah Raden Mas Said diberondong menggunakan senapan oleh Belanda, tetapi Raden Mas Said selamat, tidak tembus oleh peluru. 

Selama di Gemantar, Raden Mas Said sering keluar daerah untuk berperang melawan Belanda akan tetapi selalu pulang kembali ke Gemantar, karena keluarganya tinggal di Gemantar.

Sewaktu di Gemantar inilah Raden Mas Said diambil mantu oleh Kanjeng Pangeran Arya Mangkubumi, dinikahkan dengan putrinya yang bemama Raden Ayu lnten atau Kanjeng Ratu Ageng. Pemikahan dilaksanakan di Sukowati (daerah Sragen) pada tanggal 15 Besar tahun Be 1672 tahun jawa atau 1747 Masehi.

Dalam perjuangannya Raden Mas Said selalu menanamkan jiwa persatuan dan kesatuan kepada pengikutnya, dengan falsafah dan ibu sakun serta selalu menanamkan jiwa kebersamaan kekeluargaan dan keadilan dengan falsafah tiji tibeh. Mati siji mati kabeh. Mukti siji mukti kabeh.

Sampai akhirnya Raden Mas Said kembali ke Keraton Surakarta pada hari Jum’at Pon tanggal 5 bulan Jumadilakhir tahun 1682 tahun Jawa atau tahun 1756 Masehi. Sinengkalan panembahan Dwipangga ngoyag jagad dan menandatangani perjanjian Kalicacing Salatiga pada hari Sabtu Legi 5 Jumadilawal tahun 1683 tahun Jawa atau tahun 1757 Masehi. Sinengkalan Guna Bujangga Rasa Wani selanjutnya Raden Mas Said dinobatkan sebagai raja Mangkunegaran bergelar KGP Mangkunegara I.

Dalam menjalankan pemerintahan Raden Mas Said selalu memberikan motivasi dan menanamkan jiwa luhur kepada para punggawa maupun rakyatnya dengan falsafah:

“RUMANGSA MELU HANDARBENI, WAJIB MELU HANGRUNGKEBI, MULAT SARIRO HANGROSO WANI”.

(Tr-Pendim 0727/Kra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUT Ke 58 Korem 074/Warastratama Gelar Ziarah Rombongan

KARANGANYAR — Dalam rangka memperingati HUT yang ke 58, Korem 074/Warastratama melaksanakan ziarah rombongan dan tabur bunga yang dipimpin o...