Karanganyar - Untuk
mengenang perjuangan Raden Mas Said yang lebih dikenal dengan sebutan
"Pangeran Samber Nyawa". Pemerintah Kabupaten Karanganyar bersama
dengan Kodim 0727/Karanganyar, Polres Karanganyar, Siswa-siswi Pelajar dan
Ormas-ormas di Karanganyar, melaksanakan Napak Tilas. Napak tilas dimulai start
dari SDN II Kebak, Jumantono dan finish di Mangadeg, Matesih, Karanganyar.
Minggu (04/11)
Disaat
apel pemberangkatan Napak tilas, diceritakanya sejarah singkat perjuangan Raden
Mas Said oleh Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Kabupaten Karanganyar
Iskandar.
Sejarah singkat tersebut adalah Raden Mas Said atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Pangeran Samber Nyowo, adalah pejuang kemerdekaan
Indonesia. Raden Mas Said lahir pada hari Ahad Legi, 4 Ruwah tahun Jumakir 1650
tahun Jawa atau 25 April 1725. Raden Mas Said adalah putra Pangeran Arya
Mangkunagara, cucu Kanjeng Sinuhun Susuhunan Pakubuwono l.
Raden
Mas Said berjuang melawan Belanda dari tahun 1741 sampai 1757. Dalam
perjuangannya, Raden Mas Said banyak membangun markas perjuangan didaerah
Karanganyar. Daerah Karanganyar adalah salah satu peninggalan sejarah dari
berbagai tempat peninggalan sejarah perjuangan Raden Mas Said. Nama Karanganyar
adalah pemberian Raden Mas Said terhadap suatu wilayah yang pernah menjadi
markas perjuangannya.
Wilayah
yang pernah menjadi markas perjuangan Raden Mas Said antara lain adalah Mojoroto
Mojogedang, Karanganyar, Segawe Karangsari Jatiyoso, Tlobo Jaatiyoso, Hanggabayan
Jumapolo, Druju Wukirsawit Jatiyoso, Sumokaton Matesih, Gunung Mangadeg Matesih,
Kerjo, Karangpandan, Gemantar Jumantono.
Di
daerah gemantar, Raden Mas Said cukup lama, bahkan di Gemantar Raden Mas Said
pernah terluka sampai berdarah terkena kerisnya sendiri sewaktu bertempur
melawan Kapten Scheder pemimpin pasukan Belanda. Kapten Scheder akhirnya
melarikan diri dan Raden Mas Said tidak bisa mengejar karena kudanya
terperosok. Pada saat itulah Raden Mas Said diberondong menggunakan senapan
oleh Belanda, tetapi Raden Mas Said selamat, tidak tembus oleh peluru.
Selama
di Gemantar, Raden Mas Said sering keluar daerah untuk berperang melawan
Belanda akan tetapi selalu pulang kembali ke Gemantar, karena keluarganya
tinggal di Gemantar.
Sewaktu
di Gemantar inilah Raden Mas Said diambil mantu oleh Kanjeng Pangeran Arya
Mangkubumi, dinikahkan dengan putrinya yang bemama Raden Ayu lnten atau Kanjeng
Ratu Ageng. Pemikahan dilaksanakan di Sukowati (daerah Sragen) pada tanggal 15
Besar tahun Be 1672 tahun jawa atau 1747 Masehi.
Dalam
perjuangannya Raden Mas Said selalu menanamkan jiwa persatuan dan kesatuan
kepada pengikutnya, dengan falsafah dan ibu sakun serta selalu menanamkan jiwa
kebersamaan kekeluargaan dan keadilan dengan falsafah tiji tibeh. Mati siji
mati kabeh. Mukti siji mukti kabeh.
Sampai
akhirnya Raden Mas Said kembali ke Keraton Surakarta pada hari Jum’at Pon
tanggal 5 bulan Jumadilakhir tahun 1682 tahun Jawa atau tahun 1756 Masehi. Sinengkalan
panembahan Dwipangga ngoyag jagad dan menandatangani perjanjian Kalicacing
Salatiga pada hari Sabtu Legi 5 Jumadilawal tahun 1683 tahun Jawa atau tahun
1757 Masehi. Sinengkalan Guna Bujangga Rasa Wani selanjutnya Raden Mas Said
dinobatkan sebagai raja Mangkunegaran bergelar KGP Mangkunegara I.
Dalam
menjalankan pemerintahan Raden Mas Said selalu memberikan motivasi dan
menanamkan jiwa luhur kepada para punggawa maupun rakyatnya dengan falsafah:
“RUMANGSA
MELU HANDARBENI, WAJIB MELU HANGRUNGKEBI, MULAT SARIRO HANGROSO WANI”.
(Tr-Pendim 0727/Kra)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar