Karanganyar - Dalam
rangka memperingati hari jadi Kabupaten Karanganyar ke 101 tahun 2018 Komandan
Kodim 0727/Karanganyar Letkol Inf M.I. Muchtar M., Kapolres Karanganyar AKBP
Henik Maryanto, Bupati Karanganyar Drs. H. Juliyatmono dan Forkopimda
Karanganyar, melaksanakan ziarah ke makam sesepuh Karanganyar. Makam sesepuh tersebut
makam Nyi Ageng Karang. Jum'at (02/11)
Makam
Nyi Ageng Karang menyimpan sejarah yang sangat penting untuk Kabupaten
Karanganyar, karena Makam Nyi Ageng Karang merupakan Cikal bakal
berdirinya Desa Karanganyar dan Kabupaten Karanganyar.
Sejarah
Karanganyar tidak bisa dilepaskan dari sosok Nyi Ageng Karang. Nyi Ageng Karang
juga dikenal sebagai Raden Ayu Diponegoro atau Raden Ayu Sulbiyah. Dia adalah
istri Pangeran Diponegoro. Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda dan
diasingkan ke Afrika Selatan maka Nyi Ageng Karang mengasingkan diri di hutan
belantara (yang sekarang disebut Karanganyar).
Makam
wanita yang merupakan istri Pangeran Diponegoro dari Keraton Mataram di
Kartasura, Sukoharjo itu berada di Ngloji RT. 02 RW. 04 Kelurahan
Karanganyar Kecamatan Karangayar Kabupaten Karanganyar.
“Singkat
cerita, Nyi Ageng Karang bertemu dengan Raden Mas Said. Raden Mas Said
ini cucu Nyi Ageng Karang. Mereka bertemu di padepokan Nyi Ageng Karang.
Sebagai
tuan rumah, Nyi Ageng Karang menjamu cucunya yang juga dikenal sebagai
Pangeran Sambernyawa. Julukan itu diberikan kepada Raden Mas Said, karena
kelihaian dan kedigdayaan mengalahkan tentara Belanda. Saat
itu, Nyi Ageng Karang menyuguhkan jenang bekatul dan burung tekukur.
“Raden
Mas Said tidak menyadari bahwa Nyi Ageng Karang sedang mengajarkan
filosofi perang melawan tentara Belanda. Ya, lewat suguhan yang disajikan
itu, Raden Mas Said kemudian menyantap jenang bekatul. Dia menyendok jenang
dari tengah. Diceritakan bahwa Raden Mas Said kepanasan.
Nyi
Ageng Karang mengajarkan kalau makan jenang bekatul itu dari tepi lalu perlahan
ke tengah. Filosofi itu sama dengan strategi melawan tentara Belanda.
Nyi Ageng Karang menyarankan Raden Mas Said menyerang tentara
Belanda dengan strategi gerilya.
Burung
tekukur yang juga disuguhkan kepada Raden Mas Said memiliki makna berbeda.
Nyi Ageng Karang menerima wangsit saat bertapa. Isi wangsit kurang lebih
menyatakan barang siapa memakan burung tekukur akan menjadi raja.
“Raden
Mas Said menjadi raja, yakni Raja Mangkunegara I, Raden Mas Said juga menuturkan
tempat pertemuan itu akan menjadi keramaian zaman. Dia menamai Karanganyar
karena merasa mendapat pencerahan baru.
Nyi
Ageng Karang meninggal dan dimakamkan di Masjid yang sekarang disebut
Masjid Al Mukaromah Karanganyar, Karena Perluasan masjid membuat makam bergeser
sekitar 200 meter. Lokasi makam Nyi Ageng Karang berada di
perkampungan (Ngloji RT. 02 RW. 04 Kelurahan Karanganyar).
(Tr-Pendim 0727/Kra)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar