KodimKaranganyar - Ziarah Dalam Rangka Hari Jadi Kabupaten Karanganyar ke 102 |
Makam Nyi Ageng Karang
menyimpan sejarah yang sangat penting untuk Kabupaten Karanganyar, karena Makam
Nyi Ageng Karang merupakan cikal bakal berdirinya desa Karanganyar dan kabupaten Karanganyar.
Sejarah Karanganyar tidak bisa dilepaskan dari sosok Nyi Ageng Karang. Nyi
Ageng Karang juga dikenal sebagai Raden Ayu Diponegoro atau Raden Ayu Sulbiyah.
Dia adalah istri Pangeran Diponegoro. Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap
Belanda dan diasingkan ke Afrika Selatan maka Nyi Ageng Karang mengasingkan
diri di hutan belantara (yang sekarang disebut Karanganyar).
Makam wanita yang merupakan
istri Pangeran Diponegoro dari Keraton Mataram di Kartasura, Sukoharjo itu
berada di Ngloji RT. 02 RW. 04 Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Karangayar,
Kabupaten Karanganyar.
“Singkat cerita, Nyi Ageng
Karang bertemu dengan Raden Mas Said. Raden Mas Said ini cucu Nyi Ageng
Karang. Mereka bertemu di padepokan Nyi Ageng Karang,”
Sebagai tuan rumah, Nyi Ageng
Karang menjamu cucunya yang juga dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa.
Julukan itu diberikan kepada Raden Mas Said, karena kelihaian dan
kedigdayaan mengalahkan tentara Belanda. Saat itu, Nyi Ageng Karang menyuguhkan
jenang bekatul dan burung tekukur.
Raden Mas Said tidak menyadari
bahwa Nyi Ageng Karang sedang mengajarkan filosofi perang melawan tentara
Belanda. Ya, lewat suguhan yang disajikan itu,” Raden Mas Said kemudian
menyantap jenang bekatul. Dia menyendok jenang dari tengah. Diceritakan
bahwa Raden Mas Said kepanasan.
Burung tekukur yang juga
disuguhkan kepada Raden Mas Said memiliki makna berbeda. Nyi Ageng Karang
menerima wangsit saat bertapa. Isi wangsit kurang lebih menyatakan barang
siapa memakan burung tekukur akan menjadi raja.
“Raden Mas Said menjadi raja,
yakni Raja Mangkunegara I. Raden Mas Said juga menuturkan tempat pertemuan
itu akan menjadi keramaian zaman. Dia menamai Karanganyar, karena merasa
mendapat pencerahan baru,”.
Nyi Ageng Karang meninggal
dan dimakamkan di Masjid yang sekarang disebut Masjid Al Mukaromah Karanganyar,
karena perluasan masjid membuat makam bergeser sekitar 200 meter.
(Tr-Pendim
0727/Kra)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar